Pendahuluan
Istilah stres (ketegangan)
sudah menjadi konsumsi publik, kenapa tidak? Stres menjadi pertanda
seorang masih sehat, karena merupakan reaksi normal tubuh. Tetapi bila
berkesinambungan dapat merusak otak. Beberapa teman mengeluh stres
karena banyak pekerjaan, yang lain stres tidak ada pekerjaan, yang lain
lagi mengeluh stres karena anaknya begini dan begitu, disisi lain banyak
yang stres karena tak punya anak. Jadi orang itu harus bagaimana?
apapun yang dilakukan, dikerjakan dan terjadi tidak ada yang betul.
Seluruhnya bermuara pada stres, kapan orang itu dapat senang dan
bahagia?
Di meja praktek, datang suami isteri yang
mengeluh stres. Mereka bersama minta diperiksa. Isteri stres karena
suaminya pemabok, jarang pulang ke rumah, sang suami stres karena baru
saja kematian anak perempuannya, tiap hari ia tidak tidur dan
menghabiskan waktu dengan mabok dan menangis, keluarga jadi berantakan,
karena tidak diperoleh solusi penyelesaian. Padahal mereka sudah cukup
lama hidup bersama. Kisah lain yang membuat stres adalah ketika anak
disekolahkan ke Jepang, sang bapak yang kaya raya setelah beberapa tahun
rindu ketemu dan ingin surprise. Sampai di sana, di kota lain sewaktu
diberitahu, malah sang anak mengatakan mengapa tidak memberi kabar, hari
ini saya sedang sibuk. Bapaknya menangis dan kecewa, stres dan pulang
ke Indonesia. Begitu banyak hal yang membuat stres.
Sebenarnya
apa yang mencengkram pikiran dan perasaan kita, dan peristiwa apa yang
terjadi didalam tubuh kita?. Melelahkan memang.
Kepala kita, ada apa di dalamnya ?
Otak
manusia disusun oleh rangkaian sel saraf (neuron) yang merupakan
komponen untuk membentuk otak. Otak terdiri dari seratus juta neuron dan
kira kira 1000–10.000 hubungan antar neuron. Jadi terdapat total 1014 –
1015 inter koneksi antar saraf. Sel tersebut mempunyai fungsi transmisi
informasi untuk melakukan komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
Beberapa fungsi yang diatur otak
Otak
mengatur beberapa hal, seperti fungsi perseptif yang berperan menerima
perubahan dari luar tubuh, fungsi integratif melakukan interpretasi
tentang perubahan yang terjadi, fungsi motor melaksanakan respons,
menafsirkan interaksi antar otot-otot dan fungsi regulasi yang mendorong
kelenjar berbagai organ untuk mensekresikan hormon atau zat kimia
lain. Di samping itu, sistem saraf secara keseluruhan termasuk otak dan
medula spinalis/sumsum belakang bekerja sebagai pusat kontrol sistem
saraf tepi dan menjadi penghubung antara otak/medula spinalis dengan
otot-otot.
Neuron (sel saraf)
Setiap
sel saraf menerima input dari dendrit dalam bentuk
rangsangan/eksitatori, hambatan/inhibitori. Antara akson dan dendrit
terdapat sinaps/hubungan yang menjadi dasar tempat belajar, memori, dan
reasoning (membuat keputusan yang benar, sukar memberi alasan yang benar
dan pertimbangan yang benar). Perubahan yang terjadi diatur sedemikian
rupa oleh zat pengantar yang disebut neurotransmiter. Akson dan dendrit
sel saraf lain mempu-nyai hubungan sinaptik, celah antar saraf sel kita
sebut dengan celah sinaptik dengan lebarnya kira-kira satu permilion
inci. Setiap impuls listrik berasal dari celah ini diatur oleh zat yang
disebut neurotransmiter. Sampai saat ini dikenal 50 neurotransmiter yang
disintesa/dibuat oleh tubuh. Beberapa zat kimia dapat memblok
neurotransmiter ini. Neurotransmiter merupakan sekelompok molekul yang
terikat dari unit kimia dengan kriteria: zat kimia yang dihasilkan
neuron, zat kimia yang terdapat di dalam neuron. Bila neuron dirangsang
akan melepaskan zat kimia, bila zat kimia dilepaskan, akan bekerja
sebagai reseptor kosinaptik dengan efek biologis, setelah zat kimia
dilepaskan dan diinaktifkan akan terjadi mekanisme pengambilan atau oleh
enzim yang menghambat kerja dari zat kimia tersebut dan apabila zat
kimia digunakan dalam membran kosinaptik kemudian menyebabkan efek yang
sama seperti dilepaskan oleh neuron.
Neurotransmiter yang bereaksi baik
Endorfin
(opioid); menaikkan dan meningkatkan mood, membuat senang, menahan
nyeri, dan membuat bahagia, norepineprin; merangsang, rasa senang,
waspada, motivasi, anti depresi, mengontrol nafsu makan, meningkatkan
seks. Dopamin; merasakan bahagia, membuat senang, mengontrol nafsu,
mengeluarkan hormon pertumbuhan. Peniletilamin (PEA); merasakan bahagia,
melibatkan perasaan. Selain itu terdapat juga penghambat utama
neurotransmiter seperti enkefalin; menghilangkan nyeri, mengurangi
depresi dan GABA (gamma amino butiric acid) sebagai anti stres, anti
cemas, anti panik, berasa tenang, menjaga kontrol, dan fokus.
Hormon yang bekerja sebagai Neurotransmiter
Beberapa
hormon yang diangap dapat bekerja sebagai neurotransmiter adalah
serotonin yang bekerja meningkatkan tidur, kepercayaan diri, memperbaiki
depresi, mencegah agitasi dan rasa takut. Melatonin berperan pada saat
istirahat dan penyembuhan, hormon anti penuaan, mengatur kebiasaan dan
bioritmik. Sedangkan oksitosin, merupakan hormon yang distimulasi oleh
dopamin yang dapat meningkatkan keinginan seks, rasa cinta, mengikat
emosi dan keinginan.
Dikatakan bahwa neurotransmiter
secara kimia mengikuti keadaan kognitif, memperbaiki faktor lain yang
mempengaruhi fungsi normal saraf dan memegang peranan penting pada
perasaan bahagia, dorongan motivasi, kemampuan untuk fokus, menstabilkan
emosi kewaspadaaan mental dan perasaan baik
Siklus Stres
Siklus
stres diawali dengan kadar opioid di otak menjadi rendah, dan secara
otomatis akan memicu peningkatan dopamin, sehingga merasakan
meningkatnyanya kewaspadaan dan timbul kegelisahan. Tingginya dopamin
menyebabkan kelelahan emosi. Contoh, kelelahan emosi yang terjadi
setelah orgasme, kadar dopamin menjadi maksimal.
Kadar
opoid rendah juga menyebabkan menurunnya neurotransmiter GABA. Ketika
hal ini terjadi, timbul perasaan gelisah, ketidakamanan dan panik. GABA
yang rendah otomatis membuat tubuh melawan kecemasan, depresi dengan
melepaskan norefineprin. Zat kimia ini mendorong respons emosi seperti
marah, mudah tersinggung, frustasi dll.
Kadar norefineprin
yang tinggi menyebabkan pelepasan adrenalin dari kel. adrenal dan
menyebabkan denyutan jantung yang lebih cepat disertai aliran darah yang
lebih kuat.
Kadar rendah GABA akan menurunkan serotonin
dan dapat membuat tidur menjadi sulit. Orang yang kurang tidur menjadi
tidak rasional, mudah marah, dan dapat histeris. Di dalam perang kurang
tidur menyebabkan stres berat dan pernah dilaporkan bahwa
obat-obatan/alkohol dapat melelahkan mental, dengan kecenderungan
gangguan kejiwaan. Serotonin selanjutnya akan mendorong level opioid
semakin rendah.
Solusi pragmatis mengatasi stres
Stres
tidak timbul karena faktor eksternal, seperti sebelumnya dikenal.
Tetapi terjadi sebagai akibat penafsiran seseorang terhadap suatu
rangsangan (stimuli), alihkan fokus pikiran anda keolahraga misalnya.
Saat itu yang terjadi adalah penolakan input data yang relevan melawan
diri sendiri dan tidak berusaha menafsirkan informasi yang diperoleh
serta tidak ingin mendapat risiko terhadap pekerjaan yang membelenggu
diri sendiri, maka lakukan intropeksi diri setiap saat.
Setelah
itu pelajari bagaimana cara membatasi dan meniadakan stres, supaya
kualitas kerja dapat diperbaiki. Secara proporsional dengan cara
meningkatkan kualitas input stimuli dan relevansi langsung terhadap
masalah yang harus segera ditangani sendiri dengan cara mengalihkan
keadaan tersebut dengan mengunjungi tempat yang anda sukai, menyalurkan
seluruh hobi, dan merespons sesuatu dengan cara melakukan inovasi baru.
Hilangkan perasaan untuk keinginan kompetisi dengan orang lain. Akhirnya
cara yang terbaik adalah menyadari keterbatasan dengan berdoa, mohon ke
luar dari persoalan yang anda hadapi.